Ekonomi
Berimbang
Presiden Bambang Yudhoyono memandang krisis
global saat ini terjadi perlu diolah menjadi peluang untuk mempromosikan
paradigma baru pertumbuhan ekonomi berimbang .
Presiden mengumakakan di depan APEC CEO Summit
“negara – negara yang mengalami surplus perekonomian perlu mengivenstasikan sumber daya pada sektor yang paling produktif seperti
kesehatan ,infrastruktur , dan pendidikan untuk mendorong produktivitas ” . Adapun negara yang mengalami defisit perlu
meningkatkan simpanan dan mengadopsi reformasi struktural . Padahal masyarakat
memerlukan proteksi terkait dengan kelompok
dan sektor yang terpukul dampak krisis . Indonesia harus selalu
memandang visi APEC bukan hanya tentang keterbukaan kawasan melainkan juga
mencakup peningkatan kapasitas , ujar Presiden .
Presiden juga menekankan peningkatan kapasitas
yang sejalan dengan pembukaan pasar bukan saja diperlukan menjawab realitas
sosial ekonomi saat ini , melainkan harus memelihara sumber –sumber pertumbuhan
serta keberlanjutan di masa depan . Mesin pertumbuhan bergeser dari ekspor
belanja domestik pada prioritas sosial seperti kesehatan , pendidikan , dan
jaring pengamanan sosial yang lebih baik untuk meningkatkan modal sumber daya
manusia dan produktivitas.
Pertumbuhan harus berbasis pada pelestarian
lingkungan , antara lain investasi pada konvervasi engergi . APEC dapat mempelopori pertumbuhan yang lebih
berimbang karena perekonomian global tidak bisa lagi disandarkan pada satu
mesin pertumbuhan . Ditegaskan Presiden
,paradigma pertumbuhan yang lebih berimbang , inklusif dan berkelanjutan yang
lebih berimbang secara serius diadopsi pada Indonesia di 5 tahun mendatang . Untuk
perekonomian Indonesia bukan lah dbutuhkan pemerintah yang besar tetapi yang
lebih baik ,karena pemerintah yang baik adalah pemerintah yang memahami kondisi
rill masyarakat serta mampu merespons dengan cepat persoalan yang dihadapi
masyarakat dan pemerintah harus bekerja sama dengan semua elemen .Target
kolektif diharapkan bisa dicapai tahun 2015 dan diharapkan mampu mencapai 5
persen tahun 2013 .
Sumber :Kompas, Sabtu 14 November 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar