Senin, 02 April 2012

Tulisan 3

BBM dan Pilihan Rakyat

Terus meningkatnya harga minyak dunia membuat pemerintah kelimpungan . Keadaan ini berdampak pada membengkaknya subsidi BBM . Karena itu , APBN berada pada posisi sulit . Untuk mengurangi subsidi BBM , pemerintah menawarakan dua pilihan . Pertama , menaikkan harga bensin dan solar Rp. 1.5000 perliter . Pilihan kedua , mematok subsidi BBM sebesar Rp. 2.000 perliter.
Melihat kecenderungan harga minyak dunia , pilihan apa pun yang diambil , kenaikkan harga BBM tidaklah terelakkan . Akibatnya , beban masyarakat terutama rakyat miskin , akan semakin berat. Untuk mengurangi beban masyarakat , pemerintah akan memberikan kompensasi berupa bantuan pangan dan pendidikan saran transportasi dan bantuan langsung tunai (BLT) . Ini hanya persoalan hitung –hitungan selisih harga.
Pengetatan anggaran dan pengurangan gaji serta fasilitas pejabat , misalnya akan membuat masyarakat merasa kesulitan bangsa ini ditanggung bersama oleh seuruh elemen bangsa .
Lalu bagaimana tentang perluasan pilihan rakyat?
Pada hakikatnya semua keputusan atau kebijakan pemerintah , termasuk menaikkan harga BBM , ditunjukkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat . Kebijakan itu harus bermuara pada meluasnya pilihan rakyat . Lebih lanjut landasan dari perluasan pilihan rakyat adalah peningkatan kecakapan manusia . Kecakapan dasar yang diperlukan antara lain adalah kemampuan menjangkau sumber daya yang dibutuhkan untuk hidup secara layak .
Kebijakan harus menciptakan suasana yang karena itu masyarakat dapat mengembangkan petensinya secara penuh , membuat masyarakat lebih produktif serta berekreasi sesuai dengan yang mempertimbangkan suara hati masyarakat .
Manusia Terbangun
Keberhasilan suatu pemerintahan mengelola negara , salah satunya ditentukan oleh sejauh pilihan rakyatnya . Kebijakan itu harus membangun rakyat dan menolong mereka menjadi manusia yang terbangun ( developed people) .Itulah ciri masyarakat yang pilihannya meluas .

Sumber : Kompas , Senin 26 Maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar